Tips Hemat: Memanfaatkan Keranjang Belanjaan Penuh tanpa Merusak Dompet

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Media sosial telah berkembang menjadi ekosistem digital yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti cara kita berkomunikasi, berbelanja, dan menjalani gaya hidup. Dengan popularitasnya, media sosial menjadi tempat di mana kita terpapar berbagai tren gaya hidup, keinginan, dan kebutuhan. Dari belanja online hingga promosi produk, media sosial menjadi “etalase digital” yang tidak pernah tutup dan selalu menawarkan kemudahan akses untuk konsumen dan penjual. Namun, adanya “impulsive buying” juga meningkat akibat pengaruh media sosial yang menggiurkan dengan tawaran promosi dan konten yang menarik.

Perbedaan antara kebutuhan dan keinginan menjadi penting dalam konteks perilaku konsumen di media sosial. Konten komersial yang menarik dan dipilih dengan hati-hati dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli produk, terutama melalui algoritma media sosial yang canggih. Namun, konsumen harus dapat membedakan antara keinginan yang dipicu oleh media sosial dengan kebutuhan yang sesungguhnya, serta memiliki kontrol diri dalam berbelanja secara bijak.

Tingginya tingkat “cart abandonment” di e-commerce menunjukkan bagaimana konsumen dapat berulang kali menambahkan produk ke keranjang belanja online namun akhirnya tidak melanjutkan proses pembelian. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keterbatasan anggaran, pertimbangan kualitas produk, dan keraguan terhadap kebutuhan sebenarnya. Penting bagi konsumen untuk memahami pola perilaku dan respon impulsif terhadap konten komersial di media sosial, serta menerapkan aturan “cooling period” sebelum memutuskan untuk membeli. Dengan demikian, konsumen dapat menjadi lebih cerdas dalam berbelanja secara online dan membangun kebiasaan konsumsi yang lebih bijak di era digital ini.

Source link

- Advertisement -