Rantai Pasok Hijau: Beban Vs Investasi

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Pemanasan global menjadi salah satu masalah lingkungan yang semakin mendesak perhatian dunia. Data terbaru dari Copernicus Climate Change Service menunjukkan bahwa suhu rata-rata global saat ini telah melebihi target dalam Perjanjian Paris. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan untuk menjaga lingkungan bumi semakin berat, terutama dengan peningkatan emisi karbon dioksida yang terus meningkat.

Di Indonesia, sektor logistik memiliki kontribusi yang signifikan terhadap emisi industri nasional. Oleh karena itu, manajemen rantai pasok yang berkelanjutan menjadi kunci penting dalam upaya mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi rantai pasok secara keseluruhan. Namun, hambatan seperti biaya implementasi yang tinggi dan kurangnya insentif dari pemerintah masih menjadi kendala utama bagi perusahaan untuk beralih ke praktik rantai pasok yang lebih hijau.

Penerapan manajemen rantai pasok yang lebih ramah lingkungan juga semakin penting mengingat persaingan global yang semakin ketat dan tuntutan konsumen yang semakin tinggi terhadap produk berkelanjutan. Di samping itu, regulasi yang lebih ketat dari negara seperti Uni Eropa juga menekan perusahaan untuk beradaptasi dengan rantai pasok yang lebih berkelanjutan.

Meskipun biaya awal implementasi rantai pasok hijau bisa cukup tinggi, namun dalam jangka panjang, perusahaan dapat menghemat biaya, meningkatkan efisiensi operasional, dan menyesuaikan diri dengan perubahan regulasi dan tren global. Oleh karena itu, sektor industri di Indonesia perlu segera bergerak menuju penerapan rantai pasok yang lebih hijau demi menjaga daya saing mereka dalam pasar internasional dan memastikan keberlanjutan ekonomi nasional di masa depan.

Source link

- Advertisement -