Perkembangan komoditas kurma di Indonesia semakin menarik perhatian karena permintaan buah kurma yang tinggi. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor sekitar 55,43 ribu ton kurma pada tahun 2024, dengan nilai mencapai US$79,74 juta. Trend impor kurma di Indonesia terus meningkat, dengan impor tertinggi tercatat pada tahun 2022. Permintaan kurma di Indonesia tetap tinggi, terutama menjelang bulan Ramadan, menunjukkan peluang besar untuk mengembangkan budidaya kurma lokal guna mengurangi ketergantungan impor.
Iklim tropis Indonesia mendukung pertumbuhan pohon kurma, dengan beberapa wilayah seperti Riau dan Lombok Utara terbukti memiliki potensi bagus untuk budidaya kurma. Namun, tantangan utama budidaya kurma di Indonesia adalah kelembapan tinggi dan curah hujan yang berbeda dengan habitat aslinya. Meskipun demikian, pemerintah Indonesia telah mulai mendukung pengembangan budidaya kurma, dengan banyak lembaga penelitian dan petani kurma yang aktif.
Sumber bibit kurma dapat berasal dari biji, anakan, atau kultur jaringan, dengan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Teknik budidaya kurma di Indonesia terus berkembang, dengan pemeliharaan rutin, pemupukan, penyerbukan manual, dan teknik penanaman yang optimal. Kisah sukses dari petani kurma di berbagai wilayah Indonesia, seperti Sumatera Utara, NTB, dan Jawa Timur, menunjukkan potensi besar dari budidaya kurma di Tanah Air.
Dengan inovasi, adaptasi, dan teknik pertanian yang tepat, tanaman kurma dapat tumbuh subur dan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan di Indonesia. Harga jual kurma segar hasil budidaya lokal pun cukup tinggi, menunjukkan potensi besar dari industri kurma di Indonesia. Tanaman yang sebelumnya dianggap sulit dibudidayakan kini dapat tumbuh dengan subur dan memberikan keuntungan yang menggiurkan bagi para petani kurma.