Mayoritas pendukung Timnas sepak bola nasional saat ini terguncang dengan posisi buncit Timnas dalam klasemen sementara kualifikasi Round-3 Pra Piala Dunia. Dari lima pertandingan yang sudah dilakoni, Timnas hanya mampu meraih tiga poin dari hasil imbang melawan Arab, Australia, dan Bahrain, serta dua kekalahan dari China dan Jepang. Galau, dalam pengertian bahasa gaul, menunjukkan perasaan sedih, kebingungan, dan gelisah yang dirasakan oleh banyak pihak, khususnya generasi milenial, Y, dan Z.
Kegalauan yang dirasakan oleh mayoritas pendukung Timnas saat ini berpusat pada keputusan untuk tetap mendukung pelatih Shin Thae-yong (STY) atau mempertimbangkan opsi lain. Berbagai komentar dan opini yang beredar di media sosial menunjukkan pergeseran dalam cinta dan dukungan publik terhadap STY. Banyak pihak mengkritik ego STY yang terlihat dalam tidak efektifnya komunikasi di tim serta keputusannya yang dianggap kontroversial, seperti mengecualikan pemain-pemain tertentu dari skuad.
Sejumlah insiden menjelang pertandingan melawan Arab Saudi semakin memperuncing ketegangan antara STY dengan publik. Berbagai pengamat dan komentator sepak bola turut memberikan pendapat dan analisis terkait gaya kepelatihan STY yang dinilai kurang kooperatif dan kurang responsif terhadap masukan dari luar. Sebagai pelatih, STY diharapkan untuk lebih tegas, adil, dan rendah hati dalam mendekati setiap pertandingan.
Pertandingan melawan Arab Saudi di GBK Senayan dianggap sebagai momen krusial bagi STY dan Timnas Indonesia. Keberhasilan meraih kemenangan akan membawa angin segar bagi Timnas dan menjaga mimpi mereka untuk lolos ke Piala Dunia 2026 tetap hidup. Kritik dan ekspektasi dari publik menekan STY untuk memberikan hasil yang memuaskan sebagai bukti keberhasilan dari gaya kepemimpinan dan kepelatihannya. Sebuah pasca pertandingan yang positif diharapkan bisa mengubah pandangan publik yang saat ini tengah terbagi terkait keberlanjutan STY sebagai pelatih Timnas Indonesia.