MEDAN – Kontingen Jawa Timur berkomitmen untuk mempertahankan dominasinya dalam perolehan medali Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumut. Kontingen dari ujung Pulau Jawa ini bahkan yakin dapat mempertahankan dominasi tersebut dan bertekad terus memimpin perolehan medali hingga PON XXI berakhir pada 20 September mendatang.
“Baru saja kami menambah medali emas lagi dan kami berharap mendapatkannya dari sejumlah cabang olahraga yang kami ikuti, di antaranya gulat, renang, wushu, dan lainnya,” kata Ketua Kontingen Jawa Timur, Dudi Harjantoro, di Medan, Jumat (13/9).
Dia menambahkan bahwa keberhasilan Kontingen Jatim memimpin daftar perolehan medali PON XXI/2024 bukanlah hasil instan. Para atlet Jatim yang tampil pada PON XXI ini merupakan hasil seleksi dari Pekan Olahraga Provinsi Jatim tiga tahun lalu, ungkapnya.
“Mereka bukan atlet hasil binaan instan. Kami telah membina mereka dalam waktu yang cukup lama,” jelas Dudi.
Dudi menjelaskan lebih lanjut bahwa sebenarnya, ditilik dari sisi anggaran pembinaan, alokasi dana untuk membiayai persiapan atlet Jatim masih kalah jauh dibandingkan dengan pembiayaan pembinaan atlet Jakarta dan Jawa Barat. Dengan keterbatasan dana tersebut, KONI bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyusun skala prioritas untuk cabang olahraga yang berpotensi meraih medali di PON XXI, paparnya.
Selain itu, Kontingen Jatim juga membawa suporter atau pendukung untuk menyemangati para atlet dalam pertandingan. Dudi mengakui bahwa dukungan suporter dapat membakar semangat bertanding di arena PON XXI.
Pada kesempatan itu, ia sedikit mengeluhkan kinerja wasit di beberapa cabang olahraga yang tidak terukur. Ia menilai bahwa penampilan sejumlah wasit terkesan kurang objektif.
Dia mengingatkan bahwa PON merupakan arena pembuktian hasil pembinaan atlet dari masing-masing daerah. Dia menyayangkan bahwa penilaian wasit yang tidak objektif sangat merugikan para atlet dan pembinanya. Prestasi di arena PON menjadi modal bagi atlet untuk naik ke jenjang pembinaan selanjutnya. Oleh karena itu, ia berharap agar penilaian yang tidak objektif dan tidak jujur tidak menghambat karier para atlet. ***