Feminitas dan Mitologi dalam Musik dan Imaji

Santamonica kembali merilis karya terbaru mereka berjudul “SIN” setelah sebelumnya sukses dengan “Aquarius” dan mini album ‘Reminisce 189’. Lagu ini menceritakan tentang luka yang diakibatkan oleh sistem patriarki dan bagaimana perempuan sering dianggap bertanggung jawab atas dosa. Dibalut dalam nuansa gelap, “SIN” merupakan karya yang lahir dari amarah dan keresahan, terutama dari perspektif perempuan.

Ditulis oleh Sistine alias Anindita Saryuf dan diproduseri bersama Joseph Saryuf, lagu ini menggali ketidakadilan yang sering dialami perempuan. Meskipun sudah ada sejak 2008, “SIN” terasa semakin relevan hingga kini. Musikalitas lagu ini tidak mengandalkan letupan yang meledak, namun hadir dengan atmosfer yang tebal dan lirik puitis.

Cerita visual yang menyertainya juga menarik, dengan foto sampul digital yang sudah ada sejak 2015. Visual dari lagu tersebut menampilkan perempuan sebagai objek dan komoditas, yang seringkali dimaknai dari luar dirinya sendiri. Video musik “SIN” juga memperkuat pesan yang ingin disampaikan, dengan visual yang dirancang untuk memperkuat atmosfer dan narasi.

Sebagai bagian dari album penuh berikutnya, ‘Wunderkammer’, “SIN” memperlihatkan arah baru Santamonica. Musik atmosferik dan sinematik mereka tetap berlanjut, namun dengan tematik yang lebih berani. Lagu ini menghadirkan naratif yang kompleks dan menjadi wadah suara-suara sunyi yang ingin didengar dengan lebih lantang.

Source link