Musisi dari band alternatif sering memilih untuk merilis proyek solo dengan menggunakan nama mereka sendiri. Hal ini memberikan kebebasan bagi mereka untuk bereksperimen tanpa terikat oleh label kelompok. Di Indonesia, seorang gitaris dan vokalis berbakat dari Bandung, Dika Bagja, mengambil langkah serupa dengan proyek solo yang dinamakan sesuai dengan namanya. Melalui proyek ini, Dika mengeksplorasi karya yang lebih intim dan mendalam, jauh dari kolaborasi dalam bandnya.
Proyek solo Dika Bagja telah menghasilkan maxi single berjudul “Beruang Madu” yang dirilis Anoa Records. Dua lagu di dalamnya, “Beruang Madu” dan “Molekul Ingatan”, menunjukkan warna musik indie rock yang lebih minimalistis namun tetap mempertahankan ciri khas permainan gitar yang menjadi signature sound dari Dika. Proses rekaman yang melibatkan rekan-rekannya dari band Somnyfera, Rendy Pandita dan Aldy Valchon, berlangsung dengan cepat dan lancar di Tower of Anarchy Studio.
Lagu utama dari proyek ini, “Beruang Madu”, menceritakan kisah personal Dika tentang kepergian sang ayah. Melalui musik, Dika menyampaikan perasaannya dengan melodi yang melankolis namun tetap hangat. Meski baru merilis dua lagu, Dika sudah memiliki rencana untuk melanjutkan proyek solonya dengan EP atau album berikutnya. Ia terinspirasi oleh band-band indie rock legendaris seperti Pixies, Sonic Youth, dan The Breeders.
Anoa Records, label yang menaungi proyek ini, melihat potensi besar dalam Dika Bagja sebagai musisi indie yang bisa memperkaya industri musik Indonesia. Maxi single “Beruang Madu” memberikan gambaran akan sisi lain dari Dika Bagja, seorang musisi yang berani mengekspresikan vulnerabilitasnya melalui musiknya, namun tetap setia pada akar musik alternatif yang telah ia bawakan selama ini.