Film Ender’s Game mendapat tanggapan yang beragam dari para kritikus. Beberapa kritikus memuji kesetiaan film ini terhadap materi aslinya, yaitu novel karya Orson Scott Card, serta visualnya yang mengesankan. Dunia futuristik yang divisualisasikan dan pertempuran luar angkasa dalam film diakui sebagai hal yang berani dan berhasil membuat penonton terlibat dalam atmosfer fiksi ilmiah yang intens.
Namun, ada juga kritik yang menyebut bahwa film ini gagal menangkap kedalaman dan kompleksitas yang terdapat dalam novel. Aspek-aspek psikologis dan perkembangan karakter dalam buku dirasa tidak dieksplorasi dengan baik di layar lebar. Adaptasi film ini dianggap kurang mampu menyampaikan kepekaan emosional dan konflik moral yang menjadi inti dari kisah Ender’s Game.
Meskipun demikian, film ini berhasil membangun basis penggemar yang setia yang menghargai usaha membawa dunia Ender ke layar lebar. Kehadiran penggemar tersebut menunjukkan bahwa, meskipun mendapat ulasan yang beragam, Ender’s Game tetap memberikan dampak yang signifikan dan tetap menjadi pengalaman menarik bagi banyak penonton.
Sayangnya, performa box office film ini tidak sesuai dengan harapan, hanya menghasilkan $125,5 juta atau sekitar 1,9 miliar rupiah. Keuntungan tersebut tidak mencukupi biaya produksi yang besar. Hal ini berdampak pada pembatalan rencana untuk membuat sekuel. Meskipun ada pembahasan tentang kemungkinan melanjutkan cerita dari novel-novel berikutnya, kenyataan finansial industri film menjadi hambatan utama yang menghentikan franchise ini berkembang lebih lanjut.
Proses pembuatan Film Ender’s Game dimulai sejak novel tersebut pertama kali diterbitkan pada tahun 1985 dan langsung menarik perhatian Hollywood. Namun, proses adaptasi tidaklah mudah dan mengalami berbagai kendala. Setelah berbagai penundaan, film Ender’s Game akhirnya dirilis pada tahun 2013, disutradarai oleh Gavin Hood. Salah satu tantangan besar dalam adaptasi ini adalah menyajikan cerita panjang dalam novel ke dalam durasi film yang singkat.
Dalam proses produksi film ini, Gavin Hood dan timnya menghadapi tantangan untuk menciptakan pengalaman luar angkasa yang realistis. Para aktor, termasuk Asa Butterfield yang memerankan Ender Wiggin, menjalani latihan fisik intensif untuk dapat mensimulasikan gerakan di gravitasi nol. Proses latihan ini terinspirasi dari program luar angkasa Apollo, yang membuat para aktor diinapkan di fasilitas khusus dan diberikan makanan yang sama dengan yang dikonsumsi oleh astronaut.
Simulasi gravitasi nol menjadi salah satu elemen penting dalam film ini, dan membutuhkan kerja keras dan latihan yang intensif. Asa Butterfield sendiri mengungkapkan bahwa latihan tersebut memakan banyak waktu untuk memastikan gerakan mereka terlihat alami meskipun tanpa gravitasi bumi. Tantangan ini semakin berat karena para aktor harus berpura-pura berada di luar angkasa tanpa merasakan kondisi sebenarnya.
Produksi film Ender’s Game dilakukan di fasilitas milik NASA, yaitu Fasilitas Perakitan Michoud. Tim produksi membangun set yang menyerupai sekolah militer dan kamp pelatihan seperti yang digambarkan dalam film. Penggunaan fasilitas NASA ini menambahkan keaslian suasana luar angkasa dalam film dan memberikan pengalaman visual yang menakjubkan bagi penonton.
Dengan tantangan produksi yang ada, Ender’s Game berhasil memberikan gambaran luar angkasa yang memukau dan menghadirkan perjuangan fisik yang nyata bagi para aktornya. Saksikan Ender’s Game di Bioskop Trans TV jam 23.00 malam ini untuk menikmati hasil dari proses produksi yang penuh dedikasi dan kerja keras.