Kisah Dramatis Pengiriman Logistik ke Gaza oleh Panglima TNI

Jakarta (ANTARA) – Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto berbagi kisah kepada jajaran Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang pengiriman bantuan ke Gaza dengan metode air drop atau dijatuhkan dari pesawat ke lokasi konflik secara dramatis.

Di ruang pertemuan kantor MUI, Menteng, Jakarta Pusat, Agus menjelaskan bahwa misi pengiriman logistik hampir gagal.

“Itu (pengiriman) dilakukan detik-detik terakhir karena sudah putus asa, sudah mau pulang,” kata Agus, Jumat.

Awalnya TNI mengirimkan pesawat Hercules C-130 tipe Z untuk mengantar 20 paket logistik yang masing-masing beratnya mencapai 160 kilogram.

Proses pengiriman berlangsung dari 29 Maret hingga 7 April 2024. Pesawat tersebut mendarat di bandara Yordania dan berencana melewati wilayah Gaza untuk melakukan air drop logistik.

Namun rencana air drop terhambat karena pengantaran ke wilayah konflik perlu izin dari pihak Amerika Serikat.

“Kita sudah koordinasi dengan intelijen di Amerika, dia bilang sudah mentok,” jelas Agus.

Kondisi tersebut membuat pasukan TNI yang berada di Yordania putus asa karena tidak bisa melakukan pengiriman secara langsung.

Akhirnya, upaya terakhir sebagai umat beragama, para pasukan berdoa kepada Sang Pencipta.

“Sudah putus asa, sudah mau pulang, akhirnya kita sholat tahajud dan baca yasin di sana (Yordania),” kata Agus.

Setelah melewati proses diplomasi panjang, akhirnya pesawat Indonesia diizinkan untuk melakukan penerjunan bantuan logistik.

Hal ini membuat Indonesia menjadi negara Islam pertama yang melakukan pengiriman bantuan lewat metode air drop ke wilayah konflik di Gaza.

“Ini negara Islam hanya Indonesia, Alhamdulillah berkat doa dari para ulama, terima kasih,” kata Agus disambut tepuk tangan para petinggi MUI.

Agus berterima kasih kepada ulama dan masyarakat karena telah mempercayakan TNI dalam membantu warga Palestina di Gaza.

Dia memastikan TNI akan terus mengirim bantuan logistik, pasukan pengamanan, dan tenaga medis untuk warga Palestina di Gaza.

Sebelumnya, TNI telah menyiapkan 1.394 personel pasukan perdamaian untuk misi perdamaian di Gaza.

Pasukan ini bertugas di bidang pengamanan, pembangunan fasilitas umum, dan tenaga medis.

TNI juga telah menyiapkan bantuan lanjutan berupa KRI yang akan menjadi rumah sakit apung, alutsista tambahan, dan bantuan logistik.

Agus memastikan bantuan akan dikirimkan setelah gencatan senjata terjadi di Gaza dan mendapatkan mandat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Source link