Urban Farming yang Konsisten, KWT Srikandi Mrican Mendukung Ketahanan Pangan Keluarga

Dari kondisi ini, Sumarji ingin warganya bisa menaikkan nilai jual. Tak hanya mengasong, ia ingin perempuan di wilayahnya bisa punya kegiatan yang memberdayakan.

“Saya mendapatkan arahan untuk membentuk dulu KWT karena tidak bisa perorangan atau tanpa ada satu bentuk kelompok,” ujarnya.

Saat itu, ia benar-benar buta akan pertanian. Latar belakangnya yang seorang marketing, dan wilayahnya merupakan perkotaan, membuatnya harus belajar kesana kemari untuk membangun sebuah KWT di lingkungan padat penduduk.

“Di sini memang gak ada sama sekali pertanian, gak ada. Terus saya akhirnya coba lah istilahnya memanfaatkan apa yang ada di sini. Karena ya ini pekarangan kecil, terus saya gunakan media tembok pada saat itu,” ceritanya.

Bermodal bibit tanaman sayur dari bibinya dan botol-botol bekas, Sumarji mulai bercocok tanam di rumahnya. Ia juga menawarkan bibit-bibit sayuran pada warga sekitar dan teman-temannya dengan harga rp5.000. Sumarji tak sendiri, ia diibantu sang istri, Nur Handayani yang kini menjadi ketua KWT Srikandi.

Tembok beranda rumahnya ia penuhi dengan sayur mayur. Saat itu, Sumarji berharap urban farming-nya bisa dicontoh ibu-ibu lain.

“Saya juga pengen membuka wawasan ibu-ibu. Bahwa namanya sayuran itu tidak cuma sayurnya yang memiliki nilai jual. Saya yakin tanamannya pasti akan memiliki nilai jual yang lebih karena menarik,” ujar Sumarji.

Untuk lebih menarik perhatian, Sumarji juga mencari bibit-bibit sayur yang unik. Ia sempat mengenalkan cabai paprika pada ibu-ibu.

Usaha Sumarji perlahan mulai membuahkan hasil. Pada 2014, ia dan sang istri berhasil mengumpulkan 44 perempuan dari 25 RT yang ada di dukuh tersebut. Pada 26 Desember 2014, KWT Srikandi dikukuhkan.

Setelah terbentuk, KWT Srikandi mengajukan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) pada pemerintah daerah. Dua tahun setelahnya, KWT Srikandi mendapat bantuan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Program ini mendorong KWT untuk mengembangkan pertanian perkotaan mulai dari pembibitan.

Menggunakan tanah kas desa, Sumarji akhirnya membuka sebuah demplot sederhana. Demplot ini nantinya akan menjadi tempat pembibitan dan urban farming KWT. Benih tanaman, pupuk, dan perlengkapan urban farming sudah disediakan oleh KRPL. Saat itu, KWT mulai menanam 33 macam jenis tanaman sayur dan buah.