Seluruh anggota KWT Kemiri Edum merupakan petani dan pengolah salak di Sarisa Merapi. Sebagai ketua KWT, Rini ingin anggotanya lepas dari jeratan lintah darat. Ia pun menyusun strategi untuk memberi edukasi tentang keuangan. Rini berpikir, jalan keluar terlepas dari rentenir adalah mengenalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI).
“Alhamdulillah enggak sulit sih waktu itu meyakinkan warga-warga di sini buat lepas dari rentenir,” ujar Rini.
Rini mulai mengedukasi melalui pertemuan rutin KWT. Ia bahkan sempat mengundang salah satu mantri dari BRI Unit Pakem untuk memberikan sosialisasi tentang skema KUR.
“Dulu saya ngundang mantri, terus mereka menjelaskan pinjaman itu kalau rp10 juta angsurannya sekian, potongannya sekian. Ternyata lebih ringan dari rentenir,” imbuhnya.
Rini menuturkan, salah satu alasan warga meminjam di rentenir adalah tidak adanya jaminan dan langsung cepat cair. Padahal, BRI juga punya KUR dengan skema serupa, dengan bunga yang sangat rendah. Hal inilah yang berusaha diedukasi oleh Rini.
“Di BRI dengan adanya KUR Super Mikro itu juga enggak ada jaminan. Jaminannya hanya KWT. Saya bilang ke temen-temen jaminannya itu KWT,” tambah Rini.
Akhirnya satu persatu anggota mulai beralih ke KUR dan meninggalkan rentenir. Hingga kini masih banyak anggota yang mengambil KUR untuk mengembangkan usaha, ternak, hingga perkebunan.