Puasa mutih memiliki berbagai manfaat baik secara spiritual, fisik, maupun tradisi, terutama bagi calon pengantin. Praktik ini dipercaya membawa kebaikan yang signifikan dan menjadi bagian penting dari persiapan pernikahan dalam beberapa budaya. Secara spiritual, puasa mutih diyakini dapat meningkatkan kualitas batin, moral, akhlak, serta perilaku calon mempelai untuk mencapai keadaan “putih” dan bersih. Ini membantu mereka menjauhkan diri dari dosa, kesalahan, dan pengaruh nafsu duniawi, sesuai dengan ajaran Maslakul Akhyar oleh Sayyid Utsman bin Yahya.
Selain itu, puasa mutih juga memiliki nilai tradisional yang penting. Praktik ini membantu menenangkan hawa nafsu, baik terkait dengan makanan, minuman, maupun nafsu syahwat dan emosi. Di tradisi Jawa, puasa mutih dipercaya dapat membuat calon pengantin wanita terlihat cantik, karismatik, serta memancarkan aura yang memukau di hari pernikahan mereka. Namun, hal ini juga diimbangi dengan manfaat kesehatan, di mana hanya mengonsumsi nasi putih dan air putih dapat membantu tubuh melakukan detoksifikasi dan membersihkan organ seperti hati dan ginjal dari racun.
Pembatasan asupan kalori juga dapat membantu dalam penurunan berat badan, tetapi penting untuk diimbangi dengan pola makan sehat. Nasi putih yang mudah dicerna juga dapat menjaga kesehatan pencernaan dan menenangkan pikiran. Dengan demikian, praktik puasa mutih tidak hanya bermanfaat secara spiritual dan tradisional, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kesehatan tubuh calon pengantin.

