Shinigami, sebuah band hardcore asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, baru-baru ini merilis album penuh yang berjudul ‘Break Da Line’. Album ini tidak hanya merupakan ekspresi musik, tetapi juga menyampaikan sebuah pernyataan yang menantang stagnasi dalam arah musik hardcore saat ini, terutama di Lombok dan secara lebih luas di Indonesia.
Dengan formasi inti yang terdiri dari Tobil (vokal), Tatak (bass), Dhika (gitar), dan Ijang (drum), Shinigami menyajikan sembilan lagu dalam album ini. Dari trek pembuka “S.O.S” hingga lagu penutup “Pesona Tangan Besi”, album ini menawarkan suara yang intens dan penuh semangat.
Lirik-lirik dalam ‘Break Da Line’ menggambarkan keresahan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat perkotaan, dengan sentuhan bahasa Indonesia dan Inggris yang kuat. Shinigami tidak hanya ingin mengajak pendengar merenung, tetapi juga membangkitkan energi yang berani dan liar.
Meskipun album ini menampilkan pengaruh musik yang lebih luas dari sebelumnya, Shinigami tetap mempertahankan akar mereka dalam hardcore. Mereka percaya bahwa hardcore bukan hanya tentang musik, tetapi juga tentang sikap perlawanan.
Tidak hanya dari segi musik, album ini juga menonjol dalam proses produksinya. Tanpa adanya produser tunggal, semua anggota band turut serta dalam penyusunan setiap lagu, menunjukkan semangat kerja kolektif yang kuat.
Dengan berbagai eksperimen musik, kolaborasi dengan seniman lain, dan pesan yang kuat dalam liriknya, ‘Break Da Line’ menjadi sebuah album yang mengganggu dan menggugah kesadaran. Shinigami juga merencanakan tur di enam kota di Pulau Jawa sebagai upaya untuk membangkitkan kembali koneksi antara panggung dan komunitas hardcore.
Melalui karya ini, Shinigami ingin membuktikan bahwa hardcore bukanlah genre yang mati, tetapi tertidur. Mereka berharap album ini dapat membangunkan kembali semangat kolektif dalam industri musik hardcore.