Tradisi dan ritual yang dilakukan selama bulan Suro sangat beragam, mencerminkan kekayaan budaya dan kepercayaan masyarakat Jawa. Salah satu tradisi yang umum dilakukan adalah mengenang leluhur, mencari keselarasan antara alam gaib dan manusia, serta melaksanakan berbagai upacara adat seperti kirab pusaka, tapa bisu, dan jamasan pusaka. Kirab pusaka adalah salah satu tradisi terkenal di mana benda-benda pusaka dari kerajaan atau daerah diarak keliling untuk menghormati dan menyucikan. Sementara itu, tapa bisu, yang merupakan ritual diam, dilakukan sebagai bentuk introspeksi diri dan pengendalian diri. Kemudian, jamasan pusaka, yang merupakan ritual pembersihan benda-benda pusaka, dilakukan untuk menjaga kesucian dan kekuatan spiritualnya.
Selama bulan Suro, masyarakat Jawa juga mematuhi berbagai pantangan dan larangan. Beberapa di antaranya meliputi larangan keluar rumah tanpa keperluan mendesak, menunda pernikahan, dan menghindari kegiatan hajatan berlebihan. Meskipun terkadang dikaitkan dengan hal-hal mistis, Bulan Suro memiliki makna yang lebih dalam sebagai waktu penyucian dan permohonan keselamatan bagi masyarakat Jawa.