Kini dengan adanya platform musik streaming digital seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, akses dan pengalaman mendengarkan musik telah berubah secara drastis. Dari jutaan lagu yang hanya beberapa klik jauhnya, industri musik telah bertransformasi dari penjualan fisik dan unduhan digital ke sistem berlangganan dan iklan. Namun, di balik kemudahan ini, banyak orang masih bingung bagaimana sebenarnya para musisi mendapatkan bayaran dari layanan streaming ini. Dari mana pendapatan platform streaming berasal? Dan seberapa besar bagian yang benar-benar diterima oleh para musisi?
Pendapatan utama dari platform musik streaming digital berasal dari dua sumber utama: langganan pengguna dan iklan. Pengguna yang berlangganan layanan premium membayar biaya bulanan untuk menikmati musik tanpa iklan dengan kualitas suara yang lebih baik dan fitur-fitur tambahan. Di sisi lain, pengguna gratis dapat mengakses musik namun harus mendengar iklan secara berkala. Pendapatan dari kedua jenis pengguna ini kemudian diperebutkan oleh platform yang kemudian dibagi ke berbagai pihak, termasuk label rekaman, publisher, dan pada akhirnya musisi itu sendiri.
Namun, aliran pembayaran ini tidak sesederhana seperti pembagian rata. Platform streaming menggunakan model pendapatan pro-rata atau “market share revenue model”. Artinya, semua pendapatan dari satu wilayah atau negara dikumpulkan dalam satu “pot” lalu dibagikan berdasarkan total jumlah stream yang terjadi di wilayah tersebut selama periode tertentu. Misalnya, jika lagu A mendapatkan 1% dari total stream di Indonesia bulan itu, maka pemilik lagu A akan menerima 1% dari pendapatan streaming Indonesia di bulan tersebut setelah dikurangi potongan yang ditetapkan oleh platform dan pihak perantara lainnya.
Dalam kasus musisi yang terikat kontrak label rekaman, mereka hanya menerima sebagian kecil dari bagian pendapatan yang diterima. Besaran yang diterima oleh musisi dari setiap stream sangat kecil, dan berbagai laporan industri mengungkapkan bahwa Spotify membayar sekitar $0.003 hingga $0.005 per stream. Dalam hal ini, musisi independen yang menggunakan layanan distribusi digital sendiri memiliki peluang lebih besar untuk menerima bagian yang lebih besar dari pendapatan streaming.
Meskipun stream musik telah menjadi alat promosi yang populer, terutama bagi musisi kecil atau menengah, untuk musisi kecil hingga menengah, streaming seringkali hanya berfungsi sebagai alat promosi dan bukan sumber pendapatan utama. Banyak musisi harus mencari sumber pendapatan lain seperti pertunjukan langsung, merchandise, crowdfunding, atau lisensi musik untuk film dan iklan.
Dengan tantangan dan ketimpangan yang ada dalam distribusi pendapatan streaming, beberapa pihak telah mengusulkan sistem pembayaran yang lebih adil. Namun, hingga saat ini, tantangan teknis dan kepentingan bisnis masih menjadi hambatan. Keadilan dan distribusi pendapatan dari platform streaming digital masih menjadi persoalan yang perlu diselesaikan. Dalam situasi seperti ini, dukungan dari pendengar dengan cara lain seperti membeli merchandise, hadir di konser, atau hanya mengapresiasi musik lewat media sosial bisa memberikan pengaruh yang lebih besar bagi musisi favorite. Dengan begitu, pendengar bisa mendukung musisi secara finansial dengan cara yang lebih efektif.