Inflasi Ramadan dan Idul Fitri 2025: Tips Meningkatkan Kewaspadaan

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Memasuki Bulan Suci Ramadan, pola belanja masyarakat mulai mengalami peningkatan seperti tahun-tahun sebelumnya. Lonjakan pola belanja ini seringkali membawa dampak pada kenaikan harga barang dan jasa karena tingginya permintaan di pasar. Kenaikan harga yang signifikan dapat menyebabkan inflasi, yang pada dasarnya bisa memiliki efek positif jika terkendali dengan baik.
Menurut Saefulloh (2023), inflasi yang terkendali dapat meningkatkan daya beli masyarakat, menjaga stabilitas harga, serta menciptakan lingkungan investasi yang kondusif. Namun, sisi lain dari inflasi adalah ketika tidak terkendali, yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti tekanan permintaan, tekanan penawaran, dan ekspektasi inflasi.
Teori Keynesian menjelaskan bahwa inflasi terjadi ketika terjadi kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi yang ada. Dalam konteks bulan Ramadan, banyaknya permintaan terhadap barang dan jasa tertentu seringkali dapat memicu kenaikan harga. Namun, hal ini bisa diatasi jika pemerintah menjaga ketersediaan stok barang dan jasa secara efisien.
Selain itu, deflasi juga merupakan fenomena yang perlu diperhatikan, karena dapat menyebabkan penurunan harga secara umum. Data terkini menunjukkan bahwa pada Februari 2025, DIY mengalami deflasi sebesar 0,3 persen. Untuk menghadapi kemungkinan inflasi dan deflasi, pemerintah perlu melakukan berbagai upaya yang cerdas, seperti menjaga stok pasokan, meningkatkan infrastruktur distribusi, dan mengawasi kebijakan harga.
Dengan demikian, pemantauan dan langkah-langkah pencegahan yang tepat dapat membantu mengatasi masalah inflasi saat bulan Ramadan dan Idul Fitri, serta menjaga stabilitas harga agar tidak merugikan masyarakat dengan daya beli yang menurun. Itulah mengapa pentingnya peran pemerintah dalam mengontrol inflasi dan deflasi demi kesejahteraan masyarakat.

Source link

- Advertisement -