Victim blaming merupakan suatu perilaku yang sering muncul dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang menyalahkan korban atas apa yang terjadi pada mereka. Contoh-contoh victim blaming bermacam-macam dan dapat ditemui dalam berbagai kasus, seperti kekerasan seksual, perundungan (bullying), KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga), hingga kasus pencurian atau perampokan.
Misalnya dalam kasus kekerasan seksual, seringkali terdengar pernyataan seperti “Kenapa dia keluar malam sendirian? Ya wajar aja kalau kejadian begitu” atau “Dia sih pakai baju terbuka, makanya jadi korban”. Sedangkan dalam kasus perundungan, korban sering disalahkan dengan pernyataan seperti “Ya salah dia sendiri, kenapa sih nggak berusaha lebih gaul?” atau “Kalau nggak mau dibully, jangan aneh-aneh deh!”.
Pernyataan seperti itu, meskipun terkesan sepele, sebenarnya dapat menyebabkan trauma tambahan bagi korban dan bisa menghambat proses penyembuhan mereka. Sangat penting untuk diingat bahwa korban bukanlah penyebab dari kejahatan yang menimpa mereka. Mempertimbangkan kata-kata yang digunakan dan memberikan dukungan kepada korban adalah langkah-langkah penting dalam menghadapi dampak victim blaming ini.