Penyanyi dan seniman ikonik Björk kembali melontarkan kritik terhadap platform streaming musik di dalam wawancara dengan media Swedia Dagens Nyheter. Menurutnya, layanan digital seperti Spotify, Amazon Music, dan YouTube Music merupakan salah satu “hal terburuk” yang merugikan para musisi. Kritik tersebut disampaikannya ketika sedang mengenalkan film konser terbarunya, Cornucopia, yang tayang secara digital pada 24 Januari 2025.
Björk, yang terkenal dengan kreativitasnya yang unik, berbicara tentang tekanan finansial yang dirasakan musisi akibat tur dan streaming musik. Meskipun merasa beruntung dapat menghasilkan pendapatan tanpa harus bergantung sepenuhnya pada jadwal tur, ia juga mengungkapkan pentingnya privasi dalam proses menciptakan karya seni.
Dalam pandangannya, musik baru bisa tercipta dalam suasana yang tenang dan gelap. Björk juga menegaskan bahwa penting bagi seniman untuk memiliki waktu dan ruang privasi agar karya yang dihasilkan memiliki kekuatan yang autentik. Meskipun ditanyai tentang kemungkinan tur baru, Björk mengatakan bahwa fokus utamanya saat ini adalah untuk terus menciptakan musik baru.
Namun, seiring dedikasinya terhadap musik, Björk juga menyoroti dampak besar yang ditimbulkan oleh streaming musik terhadap industri musik. Ia menyatakan bahwa budaya tersebut telah mengubah cara masyarakat menghargai seni dan menyebabkan generasi artis muda bergantung pada tur dan rilis digital untuk bertahan. Björk menilai bahwa Spotify merupakan salah satu faktor penting dalam perubahan budaya ini yang tidak hanya memengaruhi pendapatan musisi, tetapi juga merusak nilai dan penghargaan terhadap karya seni yang dibutuhkan usaha bertahun-tahun untuk diciptakan.
Kritik pedas Björk terhadap streaming musik bukan hal baru baginya. Sebelumnya, pada tahun 2015, ia menolak merilis album ‘Vulnicura’ di Spotify sebagai bentuk prinsip. Baginya, membagikan karya seni secara cuma-cuma setelah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menciptakannya tidaklah masuk akal dan membuat nilai kerja keras tersebut tidak dihargai. Melalui kritiknya, Björk memperlihatkan tantangan nyata yang dihadapi oleh para musisi di era digital, di mana penurunan nilai seni kerap kali ditempatkan di bawah nilai aksesibilitas dan profit instan.