Pada perayaan Imlek, ikan menjadi sangat penting dan memiliki makna khusus dalam budaya Tionghoa. Pengucapan kata “ikan” dalam bahasa Mandarin yang mirip dengan kata “surplus” atau keberlimpahan membuat ikan menjadi simbol harapan akan kelebihan di setiap akhir tahun dan berlanjut ke tahun berikutnya. Tradisi ini menekankan pentingnya menjaga ikan sebagai hidangan terakhir yang tersisa di meja dengan sedikit sisa, melambangkan harapan akan keberlimpahan yang berkelanjutan.
Selain itu, pangsit atau jiaozi juga menjadi hidangan klasik yang wajib ada dalam perayaan Imlek. Pangsit memiliki bentuk yang menyerupai mata uang kuno Tiongkok yang disebut yuan bao, dan dipercaya membawa keberuntungan finansial. Proses pembuatan pangsit yang cermat dan variasi isian yang beragam memberikan cita rasa khas dan keberuntungan bagi yang memakannya.
Ayam juga memiliki makna khusus dalam perayaan Imlek, karena pengucapannya dalam bahasa Mandarin yang mirip dengan kata yang berarti “keberuntungan” dan “kemakmuran”. Penyajian ayam secara utuh, lengkap dengan kepala dan kaki, melambangkan persatuan dan keutuhan keluarga. Dalam tradisi Tionghoa, ayam utuh pertama-tama dipersembahkan kepada leluhur dan dewa untuk mendapatkan berkah, sebelum dinikmati bersama keluarga sebagai simbol keberuntungan dan keutuhan.
Semua hidangan ini tidak hanya memberikan cita rasa lezat, tetapi juga membawa makna simbolis yang dalam dalam rangka menyambut Imlek dan memberikan harapan akan keberuntungan, kekayaan, dan keberlimpahan dalam tahun yang akan datang.