Transformasi digital telah menjadi bagian tak terelakkan dalam sektor pendidikan di Indonesia. Pandemi Covid-19 telah memaksa lebih dari 45 juta pelajar Indonesia untuk melakukan pembelajaran daring, dengan 80% sekolah mengadopsi platform digital untuk menunjang proses belajar mengajar. Meskipun kemajuan ini memberikan akses pendidikan yang lebih luas, fleksibel, dan personal, tetapi tetap muncul pertanyaan kritis apakah kita sudah benar-benar siap menghadapi tantangan ini.
Menurut survei terbaru dari World Economic Forum, 65% pekerjaan yang akan diisi oleh generasi masa kini belum ada pada masa sekarang, sehingga keterampilan digital saat ini bukan lagi nilai tambah melainkan kebutuhan dasar. Namun, kendala terbesar masih terletak pada kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan. Data BPS menunjukkan bahwa penetrasi internet di daerah urban lebih tinggi dibandingkan daerah rural, dengan hanya 40% guru yang memiliki kompetensi digital yang memadai.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan strategi komprehensif. Pemerintah perlu mempercepat pembangunan infrastruktur digital ke seluruh penjuru negeri dan meningkatkan kompetensi digital para guru melalui program pelatihan yang berkelanjutan. Selain itu, kolaborasi dengan sektor swasta juga penting untuk menyediakan solusi teknologi yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan lokal.
Dengan demikian, transformasi digital dalam pendidikan bukanlah pilihan melainkan keharusan. Yang perlu dipertanyakan saat ini bukan lagi apakah kita perlu berubah, tapi bagaimana kita bisa berubah dengan cara yang inklusif dan berkelanjutan. Kesiapan kita dalam menghadapi tantangan transformasi digital ini akan sangat memengaruhi masa depan pendidikan di Indonesia. Solusi yang bijak dan tepat akan membantu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan yang berkualitas.