Ekspresi Emosi dalam EP Debut “Concatenation” menunjukkan Adegan Kemarahan

Band asal Jember, Tempertantrum, mungkin masih terbilang muda di dunia musik, tapi mereka telah menunjukkan perkembangan yang signifikan sejak terbentuk pada awal 2019. Dengan mengusung genre deathcore, Tempertantrum terus berproses hingga mencapai formasi solid yang kini dikenal luas.

Awalnya, band ini digawangi oleh Nanda (vokal), Dhio (gitar), dan Agil (drum). Namun, seiring waktu, terjadi pergantian di posisi gitar, dari Sugab13 dan Dhio digantikan oleh Ilan dan Audrey, sementara posisi bass diisi oleh Gery. Meski sempat ada perubahan, hal ini ternyata menjadi angin segar yang semakin memperkuat karakter musik Tempertantrum. Mereka tidak melihat pergantian anggota sebagai kendala, justru sebagai kesempatan untuk berkembang lebih jauh.

Nama Tempertantrum diambil dari istilah yang merujuk pada ledakan emosi pada anak-anak—tangisan dan amarah yang muncul karena mereka belum mampu mengungkapkan perasaan secara verbal.

Nama ini sangat cocok dengan esensi musik mereka yang kerap menjadi wadah untuk meluapkan keresahan, kemarahan, dan kecemasan yang tak terungkapkan. Bagi para personel Tempertantrum, musik adalah sarana untuk mencurahkan apa yang mereka rasakan, entah itu pengalaman pribadi atau pengamatan terhadap situasi di sekitar.

Tahun 2024 menjadi momen penting bagi Tempertantrum dengan dirilisnya EP perdana mereka bertajuk “Concatenation”. EP ini berisi lima lagu yang menggambarkan emosi yang fluktuatif dan intens.

Dari lima track yang disajikan, tiga merupakan materi lama yang diaransemen ulang dengan sentuhan baru, sementara dua sisanya adalah lagu yang benar-benar baru. Perpaduan vokal penuh emosi, distorsi berat, dan breakdown khas deathcore menciptakan atmosfer yang gelap, namun penuh kekuatan.

Secara musikal, “Concatenation” berbicara tentang siklus hidup manusia yang universal—mulai dari sebab-akibat, aturan-aturan yang membatasi, hingga perjalanan pencarian jati diri. Lagu-lagu dalam EP ini tidak hanya terinspirasi dari pengalaman pribadi para anggota, tetapi juga dari cerita-cerita di sekitar mereka.

Melalui lirik yang kuat dan aransemen musik yang padat, Tempertantrum berhasil menghadirkan karya yang menggugah sekaligus mengajak pendengar untuk merenung.

Salah satu hal menarik dari EP ini adalah kemampuannya untuk membawa pendengar dalam kontemplasi. Lagu-lagu dalam “Concatenation” seolah mengajak kita untuk melihat ke dalam diri sendiri, mengenali emosi yang selama ini mungkin terpendam, dan berani menghadapi kenyataan hidup, meskipun tak selalu mudah.

Meskipun bertema berat, seperti duka mendalam dan perjalanan pencarian jati diri, Tempertantrum berhasil menciptakan hubungan emosional yang dekat dengan pendengarnya.

Lebih dari sekadar musik yang penuh energi, Tempertantrum juga menyentuh isu penting seperti kesehatan mental. Lewat lagu-lagu mereka, band ini ingin mengingatkan bahwa emosi seperti kemarahan, kesedihan, dan kebingungan adalah hal yang wajar. Yang penting adalah bagaimana kita mengekspresikan emosi tersebut secara sehat dan saling peduli terhadap kesehatan mental satu sama lain.

Dengan “Concatenation”, Tempertantrum berhasil menyajikan karya yang tidak hanya keras secara musikal, tetapi juga sarat makna.

EP ini kini sudah bisa dinikmati di berbagai platform musik digital dan membawa angin segar bagi skena deathcore lokal dengan pesan yang kuat dan mendalam.

Bagi kamu yang mencari musik deathcore dengan sentuhan reflektif, EP ini wajib masuk dalam daftar putar kamu.

Source link