Omakase: Tradisi Penyajian Makanan Khas Jepang Sesuai Permintaan Chef, Tinjau Sejarah dan Etiketnya

Omakase telah ada selama berabad-abad: konsep ini berasal dari periode Edo (1603-1868) di Jepang, ketika koki sushi mulai menawarkan pilihan bahan terbaik dan paling segar kepada pelanggan mereka. Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan kepada pengunjung untuk merasakan berbagai rasa dan tekstur, sekaligus menampilkan keterampilan kuliner sang koki.

Seiring waktu, omakase berkembang tidak hanya mencakup sushi, tetapi juga berbagai hidangan lainnya, seperti sashimi, tempura, dan masakan tradisional Jepang lainnya.

Saat ini, omakase adalah pengalaman bersantap yang populer di seluruh dunia, namun tetap berakar kuat pada tradisi Jepang. Hidangan omakase sushi biasanya terdiri dari 10 hingga 20 menu, masing-masing dipilih dan disiapkan dengan cermat oleh sang koki.

Hidangan biasanya dimulai dengan menu yang lebih ringan, seperti sashimi atau tahu, dan secara bertahap berkembang ke hidangan yang lebih berat, seperti daging panggang atau nasi.

Masing-masing menu disiapkan dan disajikan dengan cermat untuk menonjolkan cita rasa alami bahan-bahan tersebut.

Untuk membuat hidangan yang menonjol, koki sering menggabungkan bahan-bahan khusus yang unik sesuai dengan wilayah atau musimnya. Prosesnya dimulai dengan pemilihan bahan-bahan segar, seperti seafood dan sayuran, serta bahan lainnya.

Bahan-bahan tersebut kemudian dipersiapkan dengan keterampilan menggunakan teknik kuliner tradisional, seperti memanggang, mengukus, atau menggoreng, untuk meningkatkan cita rasa alami mereka.

Kreativitas koki berperan saat mereka bereksperimen dengan kombinasi rasa baru dan inovatif, serta penyajian hidangan. Tujuannya adalah menciptakan hidangan yang tidak hanya lezat tetapi juga memukau secara visual. Dengan perhatian besar terhadap detail dan penggunaan bahan-bahan paling segar, hidangan omakase benar-benar menjadi pengalaman kuliner yang unik.