Setelah resmi dibuka oleh Menpora RI Dito Ariotedjo, Rakernas KONI 2024 membahas beberapa hal, di antaranya menghadirkan beberapa pembicara mulai dari Pejabat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, dan Kementerian Perindustrian RI.
Keberadaan seluruh pembicara diharapkan mampu meningkatkan wawasan peserta Rakernas KONI 2024 dalam mengelola organisasi pembina olahraga. Meningkatkan wawasan disertai implementasi, akan membuat organisasi olahraga semakin baik.
Pembicara pertama berupaya membuat organisasi olahraga memiliki akuntabilitas yang semakin baik. Organisasi olahraga harus semakin baik dalam mempertanggungjawabkan dukungan pemerintah melalui hibah.
“Hibah ada aturan mainnya,” tegas perwakilan BPK RI Dr. Edward Ganda Hasiholan Simanjuntak, S.E., M.Sc., CSFA, CPA, Ak., CFrA, Asean CPA.
Edward yang merupakan auditor utama keuangan negara 3, berpesan agar pertanggungjawaban dana Bantuan Pemerintah (Banper) dan Hibah dilaksanakan serta dipertanggungjawabkan secara akuntabel, transparan, lengkap, valid dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurutnya, dana Banper yang diterima penerima bantuan dan hibah harus digunakan sesuai dengan peruntukannya, berdasarkan Perjanjian Kerja Sama, Rancangan Anggaran Biaya, dan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) yang telah disepakati.
Selanjutnya, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Ir.Reni Yanita menjadi pembicara mewakili Kementerian Perindustrian RI. Tema pembahasannya adalah ‘Mendukung Program Industri Olahraga untuk Kemajuan Olahraga Prestasi Nasional dan Memajukan UMKM yang menekuni Produksi Pakaian Dalam Negeri’.
Reni menyinggung ketersediaan industri olahraga di daerah dapat berbanding lurus dengan prestasinya. Salah satu yang besar adalah Jawa Timur, memiliki industri besar dan berdampak pada prestasinya.
Saat ini, pasar domestik Indonesia hanya didominasi produk dari Cina. Meski begitu, Reni menyebutkan bahwa dunia mengakui Indonesia memiliki peluang.
Disampaikan bahwa ada beberapa kekurangan Indonesia dalam hal produksi, antara lain; masih banyak bahan baku yang diimpor, kurangnya permodalan serta sponsor, dan belum optimalnya kemitraan dengan cabang olahraga.